Press "Enter" to skip to content

Universitas Maritim AMNI dan USM Hadirkan Teknologi Inovasi Otomatisasi Produksi serta Pengolahan Perikanan Desa Sayung

DEMAK (Nayantaka.id) – Universitas Maritim AMNI Semarang dan Universitas Semarang (USM) menghadirkan teknologi inovasi otomatisasi produksi serta pengolahan perikanan Desa Sayung, Kabupaten Demak.

Dalam pelaksanaannya, tim dosen Universitas Maritim AMNI, Universitas Semarang dan mahasiswa berkolaborasi langsung dengan kelompok nelayan di desa pesisir yang masuk kategori daerah tertinggal dan rawan bencana rob.

Tim Pelaksana Universitas Maritim AMNI terdiri atas Dr Ir Fatchur Roehman, Sunu Arsy Pratomo dan Mu’izzaddin Wa’addulloh.

Mereka dididampingi Tim Pendamping dari Universitas Semarang, Prof Dr Ir Rohadi MP dan Dr Ari Endang Jayati ST MT.

Menurut Dr Ir Fatchur Roehman, keterbatasan akses pasar selama ini menjadi persoalan klasik bagi kelompok nelayan di desa tertinggal kawasan pesisir Sayung, Kabupaten Demak.

Kondisi rob yang nyaris permanen membuat air tanah semakin payau, sementara hasil tangkapan dan olahan perikanan kerap dijual murah karena bergantung pada tengkulak dan jaringan pemasaran tradisional.

”Situasi inilah yang direspons melalui program Kosabangsa bertajuk ‘Portable Water Purifier dan Digital Commerce Perikanan mendukung Ketersediaan Air Bersih dan Kemandirian Pangan Berkelanjutan Kelompok Nelayan Desa Tertinggal Sayung Kabupaten Demak’, yang dilaksanakan selama Oktober–Desember 2025,” katanya.

Dia mengatakan, program itu mendapat pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tahun 2025.

”Program Kosabangsa tersebut juga menyasar penguatan ekonomi nelayan melalui Teknologi Inovasi Otomatisasi Produksi serta Pengolahan Perikanan,” ujarnya.

Selama ini, katanya, produk hasil tangkapan maupun olahan seperti ikan dan aneka hasil laut lainnya lebih banyak dijual secara lokal dengan harga rendah.

Terdapat 2 kelompok nelayan yang mendapatkan dukungan teknologi inovasi yaitu Kelompok Saeko Bakti dan Kelompok Saeko Kapti, keduanya di Desa Sayung, Kabupaten Demak.

Melalui pendampingan intensif selama Oktober–Desember 2025, Kelompok Saeko Bakti dan Kelompok Saeko Kapti dibimbing dan dilatih dalam produksi dan olahan pangan perikanan menggunakan teknologi inovasi, meliputi Teknologi SolarCell Energy, Teknologi Feeder Pangan Ikan Otomatis, Teknologi Pompa Air Bersih mendukung sirkulasi produksi Ikan, Teknologi Fillet Otomatis Olahan Pangan Perikanan, Teknologi Packing Sealer Otomatis dan Teknologi Vacuum Otomatis.

”Dengan otomatisasi produksi dan pengolahan perikanan pesisir ini, Kelompok Saeko Bakti dan Kelompok Saeko Kapti tidak hanya menunggu tengkulak datang. Mereka bisa memasarkan produk olahan ke konsumen yang lebih luas, termasuk ke luar Demak,” ungkapnya.

Dia menambahkan, pendampingan dilakukan secara bertahap, mulai dari pelatihan, pendampingan hingga pengiriman pesanan, mendorong kemandirian pangan berkelanjutan di Desa Sayung.

Penguatan otomatisasi produksi dan pengolahan perikanan pesisir ini memungkinkan Kelompok Saeko Bakti dan Kelompok Saeko Kapti memperoleh nilai tambah yang lebih besar dari hasil laut yang selama ini hanya dijual sebagai produk mentah.

”Kami berharap, pendapatan yang lebih baik berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga dan mengurangi kerentanan ekonomi di wilayah yang setiap hari harus berhadapan dengan rob. Program ini juga menempatkan perempuan dan pemuda Kelompok Saeko Bakti dan Kelompok Saeko Kapti sebagai sasaran penting. Perempuan banyak terlibat dalam proses pengolahan dan pengemasan, sementara pemuda menjadi motor penggerak pemanfaatan teknologi,” tuturnya.

Dia mengatakan, melalui skema pendanaan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, program Kosabangsa menunjukkan sinergi kampus, pemerintah, dan masyarakat dapat melahirkan solusi konkret di desa tertinggal.

Dia berharap, ke depan, teknologi Portable Water Purifier dan model Digital Commerce perikanan yang dikembangkan di Desa Sayung itu dapat direplikasi di desa-desa pesisir lain yang menghadapi persoalan serupa, baik di Demak maupun daerah pantai utara Jawa lainnya.

”Kami berharap, program ini tidak hanya berhenti sebagai kegiatan jangka pendek, tetapi menjadi pijakan awal menuju ekosistem inovasi desa pesisir yang lebih tangguh, sehat, dan mandiri,” tandasnya. (*)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *