Press "Enter" to skip to content

Kasus Gangguan Jiwa di Kota Semarang Didominasi Usia Produktif

SEMARANG (Nayantaka.id) – Kasus gangguan kejiwaan di KotaSemarang, Jawa Tengah (Jateng) ternyata didominasi usia produktif. Masyarakat diminta untuk tidak menyepelekan masalah kesehatan mental.

Hal tersebut diungkap oleh Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Amino Gondohutono, Alex Jusran. Dia mengutarakan mayoritas pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut berada pada usia produktif bekerja.

“[Kesehatan mental] ini masalah bangsa, orang-orang yang seharusnya produktif untuk bekerja malah sakit. Usia mereka masih relatif muda,” ujar Alex Jusran kepada Espos.id, Minggu (9/2/2025).

Berdasarkan informasi data terbaru pasien yang diterima Epsos.id, dalam sehari terdapat 205 pasien yang menjalani rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutono. Dari jumlah tersebut, 196 pasien terindikasi mengalami masalah gangguan kejiwaan.

Sedangkan secara keseluruhan tercatat 26.191 pasien yang terindikasi mengalami gangguan kejiwaan melakukan pemeriksaan di RSJD Dr. Amino Gondohutono sepanjang tahun 2024. Jika dikalkulasikan rata-rata dalam sebulan terdapat sekitar 2.000 orang yang berkunjung ke rumah sakit yang berada di Kecamatan Pedurungan tersebut.

Alex membeberkan ada sejumlah faktor seseorang tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Masalah ekonomi dan asmara dituding menjadi salah satu pemicunya.

“Sebenarnya penyebab [gangguan kejiwaan] itu klasik masalah ekonomi dan asmara. Namun masalahnya tidak sesederhana orang kira, dua faktor itu hanya pemicu,” ungkap dia.

Dia meyakini jumlah pasien yang dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutono masih tergolong rendah. Jika dibandingkan dengan kasus orang yang mengalami masalah kejiwaan maupun kesehatan mental.

Kesadaran masyarakat akan edukasi persoalan ini juga masih minim. Masyarakat sering kali menganggap remeh masalah kesehatan mental. Bahkan mirisnya ada semacam stigma negatif terhadap orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Jadi sering kali ada pasien yang dirawat inap. Lalu kondisinya berangsur stabil dan kembali ke rumahnya. Ada sebagian kasus pasien tersebut kembali lagi dirawat di sini, saya menduga ada pembuliaan. Bukannya sembuh malah sakit lagi dan menjadi pengunjung tetap,” tukasnya. (*)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *