Press "Enter" to skip to content

Dosen USM Kenalkan Energi Terbarukan lewat Mainan Edukatif di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur

SEMARANG (Nayantaka.id) – Tim Pengabdian kepsda Masyarakat dosen Universitas Semarang (PkM USM) memberikan pendampingan dan pendidikan informal kepada anak-anak Indonesia di Malaysia, baru-baru ini.

Kegiatan yang mengambil tema ”Belajar Energi Terbarukan lewat Mainan DIY” itu khusus untuk siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar di sekolah Indonesia Kuala Lumpur.

Kegiatan tersebut dibimbing oleh Tim PkM USM yang terdiri atas, Dr Supari ST MT dan Satria Pinandita, ST MEng, dosen bidang Teknik Elektro, Encik Dr Nik Syahrim (dosen bidang mekatronika University Teknikal Engineering Melaka Malaysia), Dr MM Shinta Pratiwi MA(dosen dari Psikologi), Prof Dr Mudjiastuti Handayani ST MT (dosen bidang Teknik Sipil Transportasi), serta Andi Nur Cahyo SPd MPd (dosen bidang Teknik Sipil sekaligus pengampu mata kuliah Olahraga).

Menurut Anggota Tim PkM USM, Satria Pinandita, kegiatan diikuti 31 anak dari Sanggar Belajar, yang merupakan anak-anak imigran Indonesia yang tinggal di Kuala Lumpur.

Sanggar itu dikelola oleh Sinah Khusein, yang selama ini aktif memberikan pendampingan dan pendidikan informal kepada anak-anak Indonesia di Malaysia.

”Kami mengenalkan kepada anak-anak berbagai jenis energi terbarukan seperti tenaga surya (matahari), angin, dan listrik dari baterai, melalui aktivitas merakit mainan edukatif berbahan dasar kayu,” ujarnya.

Dia menambahkan, beberapa mainan yang dirakit bersama antara lain mobil tenaga surya yang dapat berjalan saat terkena cahaya matahari, kincir angin yang menyala saat berputar, robot kecil yang digerakkan oleh listrik dari baterai, dan perahu mini listrik yang dapat bergerak di air.

Dalam pelaksanaannya, tim PkM USM dibantu dua mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari USM yang berperan aktif dalam kegiatan itu yakni Ryan Andrianto (S1 Teknik Informatika), dan Marcelino Valent Gusna (S1 Manajemen).

Mereka membantu pelaksanaan teknis, pendampingan anak-anak selama sesi, dan dokumentasi kegiatan.

”Anak-anak sangat antusias. Lewat bermain, mereka belajar bahwa listrik tidak hanya berasal dari colokan di rumah, tapi juga bisa dibuat dari matahari atau angin,” kata Satria.

Prof Mudjiastuti mengatakan, pengenalan konsep energi terbarukan sejak usia dini sangat penting dalam membangun kesadaran berkelanjutan, terutama terkait pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam transportasi dan kehidupan sehari-hari.

Shinta Pratiwi menambahkan, kegiatan semacam ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitif dan emosional anak-anak. Sedangkan Andi Nur Cahyo menekankan nilai-nilai edukatif dalam aspek motorik, kerja sama, dan pembelajaran aktif melalui permainan.

Menurutnya, kegiatan itu bertujuan menanamkan pemahaman sejak dini bahwa energi dari alam dapat diubah menjadi listrik yang berguna untuk kehidupan sehari-hari dan bahkan bisa digunakan untuk hal menyenangkan seperti mainan anak-anak.

Guru, orang tua, dan pengelola sanggar menyambut baik kegiatan ini karena berhasil menggabungkan sains, kreativitas, gerak aktif, dan kesenangan dalam satu pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.

”Dengan pendekatan kolaboratif dan penuh keceriaan, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan generasi yang peduli lingkungan, aktif secara fisik, dan mencintai teknologi,” ungkapnya. (*)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *