Press "Enter" to skip to content
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir dan neramaikan Gelaran Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi Kota Solo, Minggu (26/6) pagi. Suasana diramaikan penampilan 550 penari Gatot Koco

Pentas Gending Bung Karno, Slamet Riyadi Dipenuhi Gatot Koco

SOLO (Nayantaka.id) – Gelaran Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi Kota Solo heboh, Minggu (26/6) pagi. Para pengunjung dibuat kagum dengan penampilan rampak 550 penari Gatot Koco yang menari dengan indahnya.

Sejak pagi hari, Jalan Slamet Riyadi sudah dipenuhi para penari. Selain itu, puluhan kelompok gamelan juga siap di pinggir jalan memainkan alat-alat musik tradisional. Mereka bersiap menampilkan pertunjukan tari kolosal Gatot Koco dalam acara pentas Gending Bung Karno. Sebuah acara yang digelar untuk memperingati Bulan Bung Karno.

Tepat pukul 06.00 WIB, alunan musik berbunyi dengan serentak. Para penari yang ada di pinggir jalan langsung merangsek ke tengah dan menari kompak. Suasana semakin meriah, saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tiba di acara itu. Tak kalah heboh, Ganjar yang mengenakan seragam Gatot Koco juga ikut menari dengan gagahnya.

“Pak Ganjar, keren sampeyan pak. Ternyata Pak Ganjar pinter nari ya, luwes banget gerakannya,” teriak para pengunjung yang mengabadikan moment langka itu dengan kamera handphone masing-masing.

Cukup lama Ganjar menari bersama para penari tradisional itu. Para pengunjung yang awalnya melihat, beberapa ikut merangsek ke tengah barisan penari dan ikut menari bersama. Jadilah pertunjukan flashmob tari Gatot Koco yang begitu memesona.

“Seneng sekali ya, antusias banget. Acara seperti ini yang kita senangi. Bagus sekali pak Ganjar. Salut sekali saya karena beliau menginisiasi acara ini. Semoga ini bisa terus dilaksanakan biar anak cucu kita, generasi penerus tidak lupa budaya dan tradisi,” kata Endang (67), salah satu pengunjung.

Tak hanya warga, para seniman tari yang tampil hari itu tak dapat menutupi rasa bangga dan bahagianya. Mereka bisa tampil di depan ribuan orang bersama orang nomor satu di Jawa Tengah.

“Tentu kami sebagai seniman bangga sekali, bisa menari bersama warga. Apalagi pak Ganjar juga datang dan ikut menari bersama. Campur aduk rasanya, bangga tapi juga sampai bingung mau nari karena tempatnya sempit akibat antusias warga yang begitu besar,” kata Guntur (39), salah satu seniman tari asal Solo.

Guntur mengatakan, cara yang dilakukan Ganjar dengan membuat acara pertunjukan tari tradisional di tempat publik semacam CFD ini sangat tepat. Menurutnya, masyarakat khususnya generasi muda akan lebih aware pada seni tradisional.

“Kami yakin, kesenian tradisional tidak akan mati bahkan akan lebih maju. Kami bisa flashmob bareng warga dan mereka antusias sekali. Dan bangganya lagi sebagai seniman, pak Ganjar begitu semangat untuk melestarikan ini. Mudah-mudahan ini tetap berlanjut,” ucapnya.

Ganjar sendiri mengatakan tak dapat menutupi kebahagiaannya melihat antusias masyarakat terhadap seni tradisional. Acara ini merupakan rangkaian dalam peringatan Bulan Bung Karno, yang salah satunya mewujudkan Trisakti Bung Karno yakni berkepribadian di bidang kebudayaan.

“Ini puncak acara Bulan Bung Karno, kemarin kita buat acara banyak sekali UMKM pelatihan, kesehatan, pertanian, berdoa saat haul dengan Habib Syech, bersalawat dan tadi malam konser Trisakti dengan band-band dan tari lokal yang luar biasa bagusnya. Lalu hari ini ternyata banyak seniman-seniman Solo, pelajar, mereka menari di car free day yang ada di Solo ini. Itu menggembirakan. Saya diajari menari menjadi Gatotkaca,” katanya.

Melihat semangat warga, Ganjar mengatakan sangat optimistis bahwa kepribadian dalam kebudayaan bisa dilakukan. Karena antusiasme masyarakat dan semangat mereka melestarikan budaya sangat terlihat.

“Jadi kita tidak boleh pesimis, tetapi semua yang expert di situ harus terus mengembangkan. Ini luar biasa,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga bangga bahwa regenerasi seni tradisional terus berlanjut. Hari itu, ia menari dengan salah satu seniman cilik bernama Alexander Arrondya Iswara Bumi yang masih berusia 9 tahun.

“Luar biasa itu, dari tadi malam saya ketemu dia menari dolanan, hari ini menarik Gatot Koco. Entah berapa tarian yang ia kuasai dan sangat luwesnya menarikan ini semuanya dan kemudian bagaimana gerakannya, waduh hebat betul. Jadi kita semakin yakin bahwa kita akan menjadi bangsa yang berkepribadian dalam kebudayaan,” pungkasnya. (*)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *