Press "Enter" to skip to content

Perbedaan Awal Puasa Ramadan Sebagai Rahmat

JAKARTA (Nayantaka.id) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam untuk menjadikan perbedaan penetapan awal puasa Ramadan sebagai rahmat dan tidak mengurangi sedikitpun arti kebersamaan.

“Sebagian saudara kita di Muhammadiyah memulai puasanya pada Sabtu. Perbedaan ini tidak mengurangi arti kebersamaan kita. Kita boleh berbeda, tetapi kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan kita,” ujar Ketua MUI Abdullah Jaidi dalam konferensi pers penetapan 1 Ramadan yang diikuti dari Jakarta, Jumat (1/2).

Abdulah Jaidi mengajak momentum Ramadan ini agar bisa dijadikan ajang kebersamaan untuk menghindari segala perselisihan dan perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Perbedaan membawa rahmat selama mengacu pada bagaimana menyatukan hati dan bersama-sama dalam membangun bangsa dan negara. Terutama di saat melaksanakan ibadah yang maha suci, ibadah Ramadan yang penuh rahmat ini,” katanya.

Abdulah juga mengajak seluruh umat Muslim agar mengisi Ramadan dengan berbagai amal kebaikan demi meningkatkan kesalehan diri dan kesalehan sosial, sehingga Ramadan tahun ini akan mempunyai makna yang khusus dalam hidup dan kehidupan umat Islam.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu (2/4) berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Adapun Kementerian Agama menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1443 Hijriah/2022 Masehi jatuh pada Minggu (3/4), usai diputuskan melalui sidang isbat pada Jumat. Keputusan ini serupa dengan yang diterbitkan PBNU yang memutuskan 1 Ramadhan pada Minggu. (*)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *