Press "Enter" to skip to content

IDI Minta Pemerintah Siapkan Skenario Vaksin Booster untuk Masyarakat Umum

SEMARANG (Nayantaka.id) – Pemberian vaksin dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19 saat ini hanya diperuntukkan kepada tenaga kesehatan (nakes).

Namun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengusulkan untuk tahun depan pemerintah perlu menyiapkan skenario booster vaksin untuk masyarakat umum.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto mengusulkan pemerintah menyiapkan skenario kedua jika target pembentukan herd immunity tidak tercapai.

Sebab bagi masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi pada Januari hingga April 2021, antibiodinya terhadap virus tersebut mulai menurun.

“Kami usulkan juga ada skenario kedua apabila itu (herd immunity) tidak tercapai, sehingga yang bulan Januari, Februari, Maret, April (sudah divaksin) perlu dilakukan booster. Karena antibiodinya sudah turun,” kata Slamet dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX, Rabu (25/8).

Slamet mengungkapkan, pencapaian herd immunity melalui vaksinasi ditentukan oleh dua hal, yakni efikasi vaksin dan jumlah penduduk yang divaksin.

Berdasarkan salah satu jurnal di Australia, kata Slamet, tingkat efikasi vaksin menentukan jumlah penduduk yang harus divaksinasi agar tercapai kekebalan kelompok.

Slamet menyebut, dengan efikasi vaksin 95 persen, maka pemerintah harus melakukan vaksinasi terhadap 63 persen penduduk.

Kemudian, jika efikasi 90 persen, minimal penduduk yang divaksin 66 persen, efikasi 80 persen minimal penduduk yang divaksin sebanyak 75 persen, serta jika efikasi 70 persen, maka penduduk yang harus divaksin 86 persen.

“Sementara kita vaksin Sinovac (efikasinya) adalah 70 persen. Artinya 86 persen jumlah penduduk harus dilakukan vaksinasi,” tutur Slamet.

Kaji Target Vaksinasi

Slamet menyarankan target vaksinasi 208 juta penduduk betul-betul dikaji.
Slamet mengaku telah memperhitungkan estimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan target vaksinasi terhadap 208 juta penduduk.

Data vaksinasi yang Slamet gunakan adalah dosis kedua. Saat ini, kata Slamet, laju vaksinasi dosis kedua dalam satu hari mencapai 594.774 dosis.

“Kalau ini andaikan 600 ribu per hari, itu butuh 7 sampai 8 bulan untuk terjadi herd immunity,” tutur Slamet.

Namun, menurut Slamet, diperlukan skenario kedua jika saat target vaksinasi 208 juta penduduk itu tidak menimbulkan herd immunity. Skenario tersebut salah satunya dengan memperluas cakupan vaksinasi. “Artinya ketersediaan vaksin harus diperbanyak,” tuturnya.

Di sisi lain, berdasarkan analisa IDI, dalam enam hingga 12 bulan pasca vaksinasi perlu dilakukan penyuntikan dosis ketiga atau booster.

“Ini harus diantisipasi apabila kecepatan vaksin tak tercapai, tapi kalau saya melihat seminggu ini insyaallah di akhir tahun bisa tercapai,” ujar Slamet. (ipung)

Mari berbagi...

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *