MAGELANG (Nayantaka.id) – Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB), Wiwit Kasiyati merencanakan menutup terbal Candi Borobudur, menyusul hujan abu yang menerjang candi termegah di dunia akibat meningkatnya aktivitas Gunung Merapi.
Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), akhirnya kerap mengeluarkan erupsi efupsi, sehingga menimbulkan hujan api di kawasan terdekat, terutama wilayah Magelang, Jawa Tengah.
Menurut Wiwit, akibat guyuran hujan abu Merapi, seluruh permukaan Candi Borobudur dipenuhi debu, Bahkan, ketebalan debu mencapai 4,7 gram per meter persegi.
Tidak Cuma Borobudur yang diterjang hujan abu. Dua candi lain yang dekat dengan Borobudur, yakni Candi Pawon dan Mendut juga diselumuti abu merapi.
Menurut Wiwit Kasiyati, selepas hujan abu yang terjadi semalam (Kamis malam—red), pihaknya langsung menugaskan tim laboratorium untuk mengambil data dan mengukur ketebalan abu.
“Saya lihat abunya sangat tipis sekali. Dari laboratorium juga ke atas (naik Candi) untuk mengambil data abu. Teman-teman juga mendokumentasikan (sebaran abu) di Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur,” kata Wiwit, Jumat (13/8).
Sementara Pamong Budaya Ahli Madya BKB, Yudi Suhartono mengaku tim laboratorium berhasil mengukur ketebalan abu yang menutupi Candi Borobudur. Akibat hembas angin yang besar, abu Merapi mampu menembus pori-pori dan sambungan antarbatuan.
“Kami segera dibersihkan abu yang menempel di permukaan candi. Jika terlalu lama dibiarkan, abu itu dapat merusak batu-batuan candi. Pembersihan sih seperti biasa. Dibersihkan secara kering,” ujar Yudi.
Wiwit menambahkan untuk merealisasi rencananya, BKB akan berkonsltasi dengan Balai Penyelidikan dan Pegembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) soal situasi terkini Gunung Merapi. Hasil konsultasi akan dijadikan dasar apakah Candi Borobudur, Pawon, dan Mendut akan kembali ditutup terpal.
“Sementara, prediksi saya melihat di lapangan belum akan kita tutup dengan terpal. Kita menunggu koordinasi dengan BPPTKG,” kata Kepala BKB Wiwit Kasiyati. (*)
Be First to Comment