SALATIGA ( Nayantaka.id) – kota kecil di Jawa Tengah yang dikenal sebagai kota paling toleran karena masyarakat dengan beragam suku dan agama dapat hidup rukun dan damai.
Sekelompok anak muda membentuk sebuah wadah untuk diskusi bernama temen ngopi. Bernardus Anggoro salah satu penggagas Temen Ngopi Salatiga “Memberikan kesempatan bagi siapapun yang datang untuk menyampaikan pendapat ataupun opininya tentang topik yang sedang dibahas tanpa harus takut pendapat atau opininya tersebut akan di debat atau disanggah oleh orang lain, itulah pengertian dari Temen Ngopi”.
Temen Ngopi secara konsisten menyelenggarakan event setiap 2 minggu sekali dengan tema diskusi yang bervariasi dan menggelitik untuk dikaji, seperti suatu kali pernah mengangkat tema tentang Misuh atau Mengumpat dalam bahasa Indonesia.
Dan di episode Temen Ngopi ke-11, di hari Sabtu tanggal 1 Mei 2021 mengangkat tema Menjadi Indonesia. Event yang digelar di Frame Coffee House Salatiga itu dikemas dalam acara nonton bareng film semi dokumenter yang berjudul Menjadi Indonesia.
Setelah film selesai diputar dimulailah acara diskusi dengan memberi kesempatan setiap participant yang hadir memberikan komentar tentang film Menjadi Indonesia. Hadir dalam event tersebut 3 narasumber dari komunitas Menjadi Indonesia, Gus Muhammd Ulin Nuha (mahasiswa), Aulia Hidayatul Chusna (mahasisiwi) dan Deddy Yulies Endriyanto (trainer & konsultan).
“Menjadi Indonesia layaknya seperti menjaga rel kereta api sebagai landasan roda di sebelah kanan dan sebelah kiri, rel kereta tidak akan pernah bertemu untuk menjaga kereta tetap melaju. Apa jadinya bila rel kereta bertemu? Yang terjadi kereta tersebut akan roboh atau terguling.
Begitu pula untuk Menjadi Indonesia, kita tidak mungkin memaksa perbedaan untuk menjadi satu.
Biarkanlah perbedaan itu tetap ada untuk memastikan gerbong kereta Indonesia tetap melaju.” Demikian diungkapkan Widi Arie Nugroho, pemilik Frame Coffee House Salatiga.
Acara Temen Ngopi kali ini diakhiri dengan pemberian cinderamata untuk narasumber dan berbuka puasa bersama.
Be First to Comment